Dewasa ini kebutuhan dunia akan minyak bumi dan gas semakin meningkat. seiring dengan meningkatnya kebutuhan itu, para ilmuan dan para peneliti juga terus mencoba mengembangkan ilmu pengetahuan guna mendapatkan hasil produksi yang lebih banyak. Dalam hal ini batuan karbonat mulai menjadi perhatian khusus sebagai reservoir hidrokarbon. Lain halnya dengan batu pasir, reservoir batugamping lebih sulit dan lebih kompleks sifatnya. Hal ini disebabkan karena adanya berbagai macam porositas, juga struktur yang sangat mempengaruhi porositas tersebut. Porositas pada batugamping pada umumnya dikontrol oleh pelarutan matriks dan semen, semisalnya pelarutan butiran yang mengandung aragonit seperti koral dan moluska.
I. Pendahuluan
Batuan
karbonat merupakan batuan reservoir bagi minyak dan gas bumi yang
belakangan ini menjadi perhatian di industri migas. Di Indonesia
sendiri, telah ditemukan juga cadangan minyak di batuan karbonat pada
Formasi Baturaja, Formasi Kujung, dan lapangan minyak besar di Formasi
Kais di Papua. Batuan karbonat adalah semua batuan yang terdiri dari garam karbonat. Dalam prakteknya adalah terutama gamping (limestone) dan dolomit.
Sedimen
karbonat dihasilkan dari proses organik biokimia pada llingkungan laut
bersih, hangat, shallow water. Daerah tropikal dan subtropikal dapat
mencerminkan kondisi tersebut. Keadaan tertentu dapat ditunjukan sebagai
faktor sedimen karbonat, misalkan karena adanya produksi sedimen yang
tinggi dan akumulasi kalsium karbonat dari cangkang organisme. Faktor-faktor yang mempengaruhi sedimen karbonat adalah :
1. Garis lintang dan iklim
Karbonat yang terbentuk pada air hangat neritik (0 – 200 m) terakumulasi pada garis lintang 300
utara dan selatan equator. Biasanya terbentuk dari pecahan organisme
seperti koral, dengan pertumbuhan terbaik pada kedalaman kurang dari 30
m. Sedimen planktonik terbentuk pada kedalaman yang lebih dalam dengan
garis lintang 400 utara dan selatan. Endapan pada air dingin neritik terletak pada garis lintang 200 – 400
, terbentuk dari bryozoa, moluska dan foraminifera. Iklim dapat
mengontrol rata-rata evaporasi atau hujan, mempengaruhi komposisi air
laut dekat batas kontinental dan restricted basin.
2. Penetrasi cahaya
Penetrasi
cahaya berkurang seiring dengan bertambahnya kedalaman air, tingginya
garis lintang dan berkurangnya kejernihan air. Karbonat tumbuh pada zona
shallow neritik , diatas 10 – 20 m dari permukaan laut. Batas terendah
penetrasi cahaya berkisar antara 100 – 150 m yang merupakan batas zona
euphotic, zona dimana fotosintetik organisme terjadi.
3. Salinitas
Keanekaragaman
dan kelimpahan organisme laut terdapat pada salinitas normal marine
yaitu 30 – 40 ppt (normal air laut sekitar 32 – 36 ppt).
II. Jenis-Jenis Batuan Karbonat
Pada umumnya batuan karbonat dapat dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1. Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef)
2. Batuan karbonat yang bersifat klastik
3. Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus
4. Batuan karbonat yang bersifat dolomit dan kristalin
Dari
keempat batuan karbonat tersebut, semuanya dapat bertindak sebagai
batuan reservoir. Batugamping sebagai reservoir akan dibahas lebih
lanjut.
a. Batuan karbonat yang bersifat kerangka atau sebagai suatu terumbu (reef)
Tipe
batuan ini paling banyak didapatkan dalam batuan karbonat Tersier di
Indonesia. Tipe ini sering membentuk tebing terjal pada singkapan, masif
tak berlapis atau perlapisan buruk yang hanya kelihatan dari jauh.
Tipe
gamping terumbu ini sering disebut “Boundstone” oleh Dunham, sedangkan
berdasarkan terdapatnya lumpur karbonat diantara kerangka atau
pecahan-pecahan kerangka Embrie dan Klovan membuat klasifikasi :
Framestone, Bindstone, Bafflestone, Rudstone dan Floatstone.
Terdapat beberapa
klasifikasi batugamping yang dapat digunakan, tetapi dalam industri
minyak, klasifikasi Dunham (1962) yang dimodifikasi oleh Embry dan
Klovan merupakan klasifikasi yang biasa
digunakan. Klasifikasi Dunham didasarkan pada tekstur pengendapan awal.
Faktor utama dalam dalam klasifikasi ini yang perlu diamati adalah :
Jika
tekstur pengendapannya tidak dapat dikenali, maka klasifikasi Dunham
tidak dapat digunakan, batuan harus dideskripsi berdasarkan ciri fisik
atau diagenesis
Jika tekstur pengendapannya dapat dikenali, maka klasifikasi Dunham dapat digunakan dengan pembagian sebagai berikut :
- butiran kurang dari 10% dari seluruh batuan maka disebut mudstone.
Mudstone terdapat dalam lingkungan carbonate platform dan cekungan.
Calcareous mudstone berasal dari hancurnya calcareous alga hijau,
pemisahan partikel-partikel skelatal besar, dan kemungkinan penyerapan
inorganik dari air laut. Mudstone pada lingkungan cekungan dan slope
berasal dari winnowed platform muds (periplatform ooze)
atau berasal dari cangkang-cangkang nannoplankton coccoliths
(nannofosil ooze). Mudstone berakumulasi pada lingkungan energi rendah.
- butiran lebih dari 10% dengan tetap didominasi oleh lumpur disebut wackestone, sedangkan bila butiran tidak didukung lumpur tetapi dengan matriks disebut packstone.
Wackestone dan packstone diendapkan pada lingkungan energi transisi
dimana arus tidak dapat memindahkan seluruh lumpur dari area tersebut
dan tidak dapat memisahkannya dari butiran pasir. Area tersebut juga
merupakan lingkungan energi rendah seperti pada mudstone hanya saja
lebih dekat pada tempat dimana butiran-butiran pasir diendapkan, atau
persentasi butiran-butiran pasir lebih tinggi diproduksi pada tempat
pengendapan tersebut.
- Batuan seluruhnya berupa butiran disebut grainstone.
Grainstone terbentuk dari butiran skeletal dan non skeletal; bioclast,
ooids dan peloids. Umumnya terbentuk pada lingkungan energi tinggi
seperti beaches, shoals atau nearby reefs.
- Jika butiran diikat pada waktu pengendapan oleh binding, baffling dan aktivitas framebuilding pada terumbu-pembangunan organisme disebut boundstone.
- Floatstone dan rudstone, ditambahkan pada klasifikasi Dunham untuk menggambarkan terumbu yang kasar-diperoleh dari endapan skeletal. Muddy floatstone adalah butiran skeletal dalam matriks lumpur; sandy floatstone mengandung matriks calcareous sand. Rudstone mungkin bersih, tanpa matriks, atau dengan pasir atau matrik lumpur antara tekstur yang didukung butiran.
- Framestone dan bafflestone terbentuk oleh pembangun terumbu skleletal robulus, seperti corals, stone red algae, bryozoa. Bindstone biasa sebagai komponen pada reef flat. Stromatolite alga merupakan bentuk tipe dari tekstur bindstone.
Batugamping terumbu adalah jenis sedimen biologi, yang merupakan suatu susunan dari rangka-rangka organisma yang terdiri atas Algae, Koral, Moluska dan Foraminifera.
Ditinjau
dari segi ekologinya, organisma pembentuk terumbu dapat berkembang
dengan baik dan mempunyai penyebaran pada daerah neritik yang dangkal
dengan kedalaman maksimum 60m. Selain itu organisma pembangun terumbu
memerlukan pula syarat untuk kelancaran hidupnya, yaitu sebagai berikut :
1. Sirkulasi air yang baik, berguna untuk membawa makanan dan pergantian oksigen.
2. Air
laut yang bersih dan tidak dikotori sedimen, karena hal ini akan
memudahkan masuknya sinar matahari untuk dapat diterima oleh organisma.
3. Salinitas yang normal, berkisar antara 27-38 perseribu.
4. Temperatur air yang agak hangat, antara 20-300C.
b. Batuan karbonat yang bersifat klastik
Tipe klastik ini dapat dibagi lagi menjadi :
a. Bioklastik
b. Interklast/fragmenter
c. Chemiklastik
Gamping Tipe Bioklastik
Tipe
gamping ini terdiri seluruhnya dari cangkang-cangkang atau
fragmen-fragmen kerangka organisme. Biasanya dicirikan bahwa
fragmen/cangkang pernah lepas, terutama jika ditransport.
Lingkungan Pengendapan
Lingkungan pengendapannya terdiri dari :
1. Sering
merupakan laut yang beragitasi “shoal”, bagian-bagian dangkal dekat
pantai (litoral) terutama jika bertekstur grainstone-packstone dengan
partikel-partikel terabrasi.
2. Dapat
pula dibagian-bagian teduh dekat suatu reef, dilagoon, difore reef;
merupakan lembaran-lembaran dari reef yang dipecah-pecah gelombang
kebagian air tenang, terutama jika bertektur packstone ataupun
wackstone, dengan butiran yang terabrasi. Di fore reef biasanya
merupakan breksi-talus runtuhan dari reef, terdiri dari pecahan-pecahan
cangkang koral.
3. Sering
pula neritik; misalnya jika terdiri dari organisme benthos, tanpa
adanya abrasi, misalnya gamping foraminifera besar yang membentuk “bank”
atau “biostrome”
Termasuk
kedalam tipe bioklastik adalah gamping pelagis : terutamater diri dari
globigerina dan textularia yang menghujani dasar laut dan sering
membentuk kapur/chalk.
Terdapatnya gamping bioklastik; sering membentuk “biostrome” atau “bank” tetapi dapat pula sebagai “bioherm”.
Gamping Klastik Tipe Fragmenter (Bioklastik Maupun Chemical)
Jenis
ini sering pula disebut “dendrital limestone” (Pettijohn, 1957, p. 401)
namun istilah ini tak dianjurkan untuk dipakai. Tipe klastik fragmenter
terdiri dari fragmen-fragmen yang asalnya tak jelas, dan dapat
merupakan campuran. Istilah yang sering dipakai: calcarenite (<2 mm)
dan calcirudite (> 2 mm) juga Grainy Limestone, Granular Limestone.
Cara
terdapatnya jenis gamping ini adalah berlapis baik sering menyerupai
batupasir dan dengan struktur sedimen silang siur, gelebur-gelombang dan
sebagainya.
Gamping Tipe Peralihan
Peralihan
ke gamping bioklastik adalah biasa, sehingga menimbulkan persoalan
klasifikasi. Sebaiknya didiskripsi yang baik. Juga peralihan/pencampuran
oolite/pellet sering terjadi. Klasifikasi Dunham(1961) dipergunakan
dalam diagran klasifikasi ini.
Tipe
lain adalah Interklast : hasil perombakan/ erosi lapisan yang baru
diendapkan. Biasanya berbutir kasar, sehingga sering merupakan breksi
atau konglomerat.
Lingkungan Pengendapan
Gamping
jenis ini pada umumnya, terutama yang bertekstur grainstone, diendapkan
secara mekanis oleh arus laut. Konsep rezim aliran berlaku pula untuk
tipe batuan ini, dan semua sturktur sedimen termasuk urutan-urutan
turbidit dapat diharapkan. Misalnya : dibagian luar suatu shelf
(platform) dimana banyak arus.
Contoh
: Bagian bayangan angin dari terumbu pulau Seribu (Umbgrovw 1929)
terdiri dari klastik rombakan dari terumbu. Jika butir-butir rombakan
ini banyak mengandung matrix (packstone), maka sering dibagian yang
terlindung dari arus gelombang (backreef), beralih pada tipe gelombang
aphanitic (wackstone).
Gamping Tipe Chemiclastic atau Klastik Non Fragmenter
Tipe
gamping ini jarang didapatkan di Indonesia, tetapi batuan ini merupakan
reservoir minyak yang penting. Pengendapan dapat diamati di Kepulauan
Bahama dan Great Salt Lake (USA).
Tipe
batuan ini sering bergradasi ke tipe bioklastik dan tipe klastik
fragmenter, malah campuran dari ketiga unsur sering terdapat
bersama-sama.
Lingkungan Pengendapan dan Proses Pembentukkan
Agassiz (1896), oolit
adalah pengendapan eolian, sedangkan penulis-penulis lain menyatakan
sebagai marine. Masalah lain adalah apakah oolit diendapkan secara
fisika-kimiawi (Vaughn, 1914), colloid gelatin atau atas bantuan
ganggang cyanophycea (Rothpletz, 1892 dan wethered 1895). Menurut
Bradley 1929, Bucher 1918, Eardly 1938, berdasarkan pengamatan di Great
Salt Lake dan Green River Formasi, oolite dibentuk dalan air yag
diombang-ambing (diagitasi) secara kuat/keras, dekat garis pantai,
terlihat sering berasosiasi dengan struktur lapisaan silang-siur (cross
bedding).
Illings
(1954) menyatakan bahwa oolit terjadi di laut dangkal yang
“supersaturated” akan kalsium karbonat, dan dimana terjadi aliran-aliran
marine yang cukup kuat.
Eardly
(1938) menyatakan bahwa karbonat diendapkan dipermukaan air sebagai
kristal kecil (< 2 micron) yang kurang larut daripada butir-butir
yang lebih besar. Setidaknya jatuh didasar laut dan waktu yang sama
sejumlah molekul yang sama keluar dari larutan mengendap pada butir yang
lebih besar. Butir ini tumbuh secara oolitis, karena akresi dan juga
“corrosion” menjadi bundar, sewaktu diombang-ambing oleh arus.
c. Batuan karbonat yang bersifat afanitik atau batugamping halus
Gamping jenis ini terdiri dari butir-butir < 0,005 mm, tidak dapat diketahui
apakah terdiri dari fragmen-fragmen halus (pecahan-pecahan gamping) atau kristal-kristal halus.
Cara Pembentukkan
Cara pembentukkannya yaitu :
1. Dari penggerusan gamping yang telah ada, pengancuran terumbu oleh gelombang (micro-granuler-clastics).
2. Dari pengendapan langsung secara kimiawi dari air laut yang telah kelewat jenuh akan CaC03, sebagai jarum-jarum aragonit.
3. Dari pengendapan dengan bantuan ganggang hijau (chlorophycea) sebagai jarum-jarum aragonit.
Lingkungan Pembentukkan
Lingkungan pembentukkannya yaitu :
1. Diendapkan didaerah dangkal yang terlindung lagoon dibelakang terumbu.
2. Penguapan yang kuat, temperatur tinggi/tropis/subtropis
3. Dengan bantuan ganggang.
Biasanya kaya akan zat organik dan diacak-acak oleh binatang, sehingga tidak memperlihatkan perlapisan.
III. Terumbu Karbonat sebagai batuan resevoir
Terumbu
( reef ) dapat menjadi batuan reservoir yang sangat penting. Pada
umumnya terumbu terdiri dari suatu kerangka, coral, ganggang, dan
sebagainya yang tumbuh dalam laut yang bersih, berenergi gelombang
tinggi, dan mengalami banyak pembersihan sehingga rongga-rongga
antaranya khususnya menjadi sangat bersih. Dalam hal ini porositas yang
didapatkan terutama dalam kerangka yang berbentuk rongga-rongga bekas
binatang hidup yang tersemenkan dengan sparry calcite sehingga
porositasnya diperkecil.
Bentuk reservoir terumbu
Pada umumnya dapat dibedakan menjadi 2 macam reservoir terumbu, yaitu:
Terumbu yang bersifat ‘ fringing ‘ atau merupakan suatu bentuk yang memanjang di lepas pantai.
Terumbu yang bersifat ‘ fringing ‘ atau merupakan suatu bentuk yang memanjang di lepas pantai.
Terumbu
yang bersifat terisoler di sana-sini, yang sering disebut sebagai suatu
‘ pinnacle ‘ atau ‘ patch reef ‘ atau secara tepat dikatakan sebagai
bioherm, yang muncul di sana-sini sebagai bentuk kecil secara tidak
teratur.
Terumbu
yang berbentuk linier, atau sebagai penghalang ( barrier ) biasanya
berbentuk mamanjang sering kali cukup besar serta memperlihatkan suatu
asimetri dan biasanya terdapat pada pinggiran suatu cekungan.
Terumbu tiang
Lapangan
yang bersifat terumbu tiang ( pinnacle ) ditemukan di Libya yaitu
lapangan Idris dalam cekungan Sirte yang didapatkan dari suatu terumbu
berumur paleosen.
Contoh
yang baik untuk terumbu tiang sebagai reservoir ialah yang didapatkan
baru-baru ini di Irian Jaya, yaitu lapangan minyak Kasim dan Jaya.
Lapangan Kasim-Jaya merupakan suatu akumulasi dalam kulminasi terumbu
yang tumbuh di atas suatu kompleks terumbu yang merupakan suatu
landasan. Bentuk terumbu Kasim-Jaya itu terdiri daripada batuan karbonat
berenergi tinggi yang panjangnya 7 km dan lebarnya 2.5-3.5 km dan
mempunyai ketinggian atau relief vertikal 760 m di atas landasan tempat
terumbu itu tumbuh.
Contoh lain daripada batuan reservoir ini ialah di dalam Formasi Baturaja di laut Jawa sebelah Barat yaitu lapangan minyak kitty yang menghasilkan minyaknya dari terumbu batugamping.
Gamping klastik
Gamping
klastik sering juga merupakan reservoir yang sangat baik, terutama
dalam asosiasinya dengan oolit, dan sering disebut sebagai kalkarenit.
Jadi
jelas, bahwa batuan reservoir yang terdapat di dalam oolit itu
merupakan pengendapan berenergi tinggi dan didapatkan dalam jalur
sepanjang pantai dengan arus gelombang kuat. Porositas yang didapatkan
biasanya ialah jenis porositas intergranular, yang kadang-kadang
diperbesar oleh adanya pelarutan. Batuan reservoir oolit terdapat
misalnya di cekungan Illinnois ( Amerika Serikat ), dimana terdapat
oolit dalam gamping yang berumur karbonat. Lapisan oolit ini disebut
McClosky sand. Batuan ini terdiri daripada oolit yang kadang-kadang
bersifat dolomit. Contoh yang paling penting adalah di Saudi Arabia
yaitu dari Formasi Arab berumur jura muda, terutama dari anggota D.
Dolomit
Dolomit
merupakan batuan reservoir yang jauh lebih penting dari jenis batuan
karbonat lainnya. Harus di ingat pula, bahwa kebanyakan dari batuan
karbonat seperti oolit ataupun terumbu sedikit banyak pula telah ikut
didolomitasikan. Cara terjadinya dolomit ini tidak begitu jelas, tetapi
pada umumnya dolomit ini bersifat sekunder atau sedikit banyak terbentuk
setelah proses sedimentasi. Salah satu teori yang menyebutkan
pembentukan porositas pada dolomit yaitu porositas timbul karena
dolomitisasi batuan gamping sehingga molekul kalsit diganti dengan
molekul dolomit, dan karena molekul dolomit lebih kecil daripada molekul
kalsit maka hasilnya akan merupakan pengecilan volume sehingga tidak
timbulah rongga-rongga.dolomit biasanya mempunyai porositas yang baik
berbentuk sukrosit yaitu berbentuk menyerupai gula pasir. Rupa-rupanya
dolomit ini terbentuk karena pembentukan kristal dolomit yang bersifat
euhedron dan tumbuh secara tidak teratur diantara kalsit.