pergerakan air dalam rongga pori batuan di bawah
permukaan bumi merupakan proses geologi yang tidak mudah untuk diamati,
karenanya perlu upaya untuk memahaminya. Air tanah (groundwater) merupakan bagian integral dari sistem hidrologi dan
merupakan sumber daya alam yang vital.
8.1 Porositas dan Permeabilitas.
Air dapat masuk ke bawah permukaan (infiltrate) karena solid bedrocks seperti juga tanah (soil), pasir dan gravel yang lepas-lepas memiliki rongga pori. Terdapat empat tipe
rongga pori
(Hamblin dan Christiansen, 1995), yaitu: (1) ruang antar butiran mineral, (2)
rekahan (fractures), (3) rongga
pelarutan solution cavities), dan
(4) vesicles.
Pada
endapan pasir dan gravel rongga pori
dapat mencapai 12 – 45% dari total volume. Bila diantara butiran kemudian diisi
oleh butiran yang lebih kecil dan terisi oleh semen, maka porositas (porosity) menjadi tereduksi. Semua
batuan terpotong karena rekahan dan pada batuan yang padat seperti granite dapat memiliki porositas yang
signifikan bila dikontrol oleh rekahan. Aktivitas pelarutan terutama di
batugamping membawa material terlarut membentuk lubang-lubang (pits dan holes). Beberapa batugamping memiliki porositas yang sangat tinggi
karena air dapat berpindah sepanjang rekahan dan bidang perlapisan pada
batugamping. Aktivitas pelarutan membesarkan rekahan dan mengembangkannya
menjadi gua (caves). Pada basalt dan batuan volkanik, vesicles terbentuk karena
terperangkapnya gelembung gas yang sangat mempengaruhi dalam porositas. Umumnya
vesicles terkonsentrasi pada bagian
permukaan aliran lava dan membentuk zona dengan prositas tinggi. Zona ini dapat
terhubungkan oleh columnar joints.
Permeabilitas (permeability) adalah kapasitas batuan
untuk meloloskan fluida sangat beragam bergantung dari viskositas fluida,
tekanan hidrostatik, ukuran bukaan dan terutama adalah tingkat bukaan yang
saling terhubung (porositas efektif). Jika rongga pori sangat kecil, maka batuan dapat
mempunyai porositas yang tinggi tetapi permeabilitasnya rendah karena air sukar
melewati bukaan yang kecil.
Batuan yang umumnya memiliki permeabilitas
tinggi adalah konglomerat, batupasir, basalt
dan batugamping tertentu. Permeabilitas yang tinggi pada batupasir dan
konglomerat dikarenakan rongga pori
yang berada diantara butiran berukuran besar dan saling terhubung. Basalt dapat permeabel karena sering
terekahkan dengan ekstensif yakni columnar
jointing dan karena bagian atas dari aliran lavanya adalah vesicular. Batugamping terekahkan juga
menjadi permeabel. Batuan dengan permeabilitas rendah adalah shale, granite yang tidak terekahkan, quartzite
dan batuan padat dan kristalin lainnya.
8.2 Permukaan air tanah (water
table)
Ketika air merembes kebawah permukaan,
gravitasi menariknya turun dua zona tanah dan batuan. Zona bagian atas (upper zone) adalah rongga pori didalam batuan yang
hanya jenuh sebagian dan air berbentuk seperti lapisan tipis (thin film) yang melekat (clinging) pada butiran karena tarikan
permukaan (surface tension). Pada
zona ini rongga pori
terisi sebagian oleh udara dan sebagian lain oleh air disebut sebagai zona
aerasi (zone of aeration). Pada batas tertentu, semua bukaan akan
terisi oleh air sehingga daerah ini disebut sebagai zona jenuh (zone of saturation). Permukaan air tanah
merupakan bagian paling atas dari zona jenuh ini dan merupakan elemen penting
pada sistem air tanah (gambar 8.2.).
Kajian permukaan
air tanah walaupun tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat dipetakan berdasarkan
data yang dikumpulkan dari sumur, mata air dan permukaan pengairan.
Pergerakannya dapat diteliti menggunakan isotop radioaktif, pewarna (dyes) dan unsur penjejak lainnya.
Terdapat hubungan
antara permukaan air tanah dan permukaan topografi. Permukaan air tanah berkecenderungan
mengikuti permukan topografinya. Bila permukaan topografinya datar, maka
permukaan air tanah juga akan datar. Bila permukaan topografinya bergelombang,
maka permukaan air tanah juga akan bergelombang. Perched water table adalah air tanah (groundwater) yang terperangkap diatas permukaan air tanah karena
keberadaan lapisan impermeabel seperti serpih pada zona aerasi (gambar 8.3.).
8.3 Pergerakan air tanah
Perbedaan elevasi antar permukaan air tanah
dikenal sebagai hydraulic head. Hal
ini disebabkan karena air mengalir mengikuti bentuk topografi. Bila kita
mengikuti perjalanan air, maka mulanya gravitasi menarik air dari zona aerasi menuju
ke permukaan air tanah kemudian pergerakan turun terjadi karena gravitasi dari
daerah dengan permukaan air tanah tinggi menuju daerah dengan permukaan air
tanah rendah (danau, sungai, rawa-rawa). Secara mendasar, pergerakan air tanah
mengarah kebawah karena terdorong untuk menuju daerah dengan tekanan yang lebih
rendah (gambar 8.3.).
8.4 Penyaluran alami dan artifisial
Penyaluran alami bagi air tanah adalah
melalui sungai, danau dan rawa-rawa yang merupakan jalinan utama antara
reservoir air tanah dan bagian lain dari sistem hidrologi. Bila penyalurannya
tidak berasal dari air tanah maka sungai-sungai akan mengalami kekeringan
selama paruh waktu tertentu dalam satu tahun.
Penyaluran
artifisial merupakan hasil dari pengambilan air melalui sumur (wells) yang dapat dilakukan dengan cara
menggali atau mengebor sumur hingga zona jenuh. Banyaknya sumur bor ternyata
telah mampu mengubah sistem hidrologi, misalnya adalah turunnya permukaan air
tanah.
8.4.1 Penyaluran Alami
Beberapa kondisi geologi telah memberikan
penyaluran alami dalam bentuk rembesan (seeps)
dan mata air (springs). Jika lapisan
permeabel berselingan dengan lapisan impermeabel, maka air tanah dipaksa
mengalir secara lateral menuju singkapan lapisan permeabel (gambar 8.4.).
Kondisi demikian biasa ditemukan pada mesa
dan plateau dimana batupasir
permeabel berselingan dengan serpih impermeabel. Penjajaran mata air (spring line) biasanya ditandai dengan
penjajaran pepohonan. Mata air lainnya didapatkan karena migrasi sepanjang columnar joint dan vesicular pada basalt;
muncul sepanjang sisi sungai, misalnya Thausand Springs di Idaho yang muncul di
sisi Snake River Valley; dan muncul disepanjang sesar.
Ringkasnya, mata
air terbentuk karena permukaan air tanah terpotong oleh permukaan tanah atau
air tanah merembes keluar ke permukaan sepanjang rekahan dan sesar. Umumnya
mata air terjadi sepanjang dinding lembah (valley
walls) dikarenakan sungai telah mengerosi lembah hingga bagian bawah
kedudukan permukaan air tanah regional.
8.4.2 Sumur
Bandingkanlah sumur gali dan sumur pemboran! Air
mengalir dari rongga pori menuju sumur mengisi kedudukan permukaan air tanah
dan selanjutnya ketika air dipompa keluar, maka permukaan air tanah mengalami
penurunan (drawn down) disekitar sumur
dalam bentuk kerucut (cone) sehingga
sering disebut sebagai kerucut depresi (cone
of depression). Jika air turun dengan cepat maka akan segera terisi
kembali, kerucut depresi terus tumbuh hingga pada akhirnya sumur menjadi
kering. Kerucut depresi disekitar sumur besar yang digunakan untuk kebutuhan
rumah tangga dan pabrik industri dapat mencapai ratusan meter diameter. Semua
sumur yang berada dalam kerucut depresi akan terpengaruh. Hal ini akan dapat
memicu pertengkaran di kalangan masyarakat. Untuk itulah, simulasi model
komputer berdasarkan data permeabilitas, arah pengaliran dan kedudukan air
tanah seharusnya sudah dapat memperkirakan jumlah air yang keluar berdasarkan
periode waktu tertentu (Gambar 8.5.).
8.4.3 Air Artesis (artesian water)
Air tanah pada lapisan permeabel yang
tertekan diantara lapisan impermeabel mengalami tekanan sehingga bila dilakukan
pemboran, maka air akan keluar sendiri tanpa bantuan pompa (Gambar 8.6.).
Kondisi geologi yang diperlukan untuk menjadi sumur artesis adalah sebagai
berikut:
1.
Sikuen batuan harus mengandung
lapisan permeabel dan lapisan impermeabel. Sikuen ini biasa terjadi pada
kondisi alamiah sebagai perselingan antara serpih dan batupasir. Lapisan
permeabel disebut sebagai aquifer (lapisan pembawa air).
2.
Pada daerah tinggian, batuan
harus memiliki kedudukan perlapisan yang miring dan tersingkap sehingga air
dapat masuk kedalam aquifer.
3.
Precipitasi yang cukup dan
pengaliran permukaan harus terjadi pada daerah yang tersingkap sehingga aquifer terus terisi.
Air yang tertekan didalam aquifer dapat keluar seperti air yang keluar dari pipa dikarenakan
tekanan hidrostatik mampu mendorongnya sehingga rekahan atau pipa yang memotong
lapisan dapat menjadi media keluarnya air menjadi mata air artesis atau sumur
yang airnya mengalir sendiri (flowing
wells).
Artesian-pressure surface adalah
permukaan yang merupakan batas kemampuan air artesis untuk naik ke atas (artesian water). Permukaan ini dari
daerah tangkapan (recharge area) akan miring mengikuti kelerengan. Bila
kita melakukan pemboran pada aquifer
tertekan maka air akan naik dengan sendirinya. Bila permukaan sumur berada
diatas artesian pressure surface, maka
air tidak bisa mengalir ke permukaan, namun bila permukaan berada dibawah artesian pressure surface, maka air akan
mengalir sendiri ke permukaan.
8.4.4 Mata air
panas (thermal springs) dan geysers
Manifestasi menakjubkan dari air tanah
adalah fenomena mata air panas (thermal
spring) atau geyser dimana air
dan uap tersembur ke udara. Fenomena ini hasil dari pemanasan air tanah karena
aktifitas magmatik aktif.
Contoh daerah yang
sangat terkenal karena fenomena ini adalah Yellowstone National Park,
di Amerika Serikat. Kondisi pembentukan geyser
yaitu :
1. Tubuh batuan yang panas harus dekat dengan permukaan.
2. Sistem rekahan tidak beraturan hadir dan menerus
kebawah dari permukaan.
3. Pasokan air tanah yang relatif konstan dan besar
harus selalu ada.
Semburan geyser terjadi ketika air tanah
mengalami tekanan dalam rekahan, gua-gua atau lapisan batuan yang porous hingga
mencapai titik kritis kesetimbangan tekanan-temperatur. Temperatur meningkat
akan mengubah air menjadi uap. Karena itu air pada bagian bawah akan tertekan
lebih kuat dari air yang berada di permukaan dan air akan panas sekali hingga
uap akan tersembur ke udara. Setelah tekanan mengalami pelepasan, maka gua-gua
akan terisi kembali dan preses semula akan berulang kembali (Gambar 8.7.)
8.4.5 Energi geotermal
Energi panas dari air tanah atau energi
geotermal saat ini banyak dimanfaatkan sebagai salah satu sumber energi.
Sebagai contoh, Islandia telah memanfaatkan energi ini dengan sukses sejak
1928. Sumur yang dibor di daerah geotermal akan mengambil air dan uap yang
disalurkan menuju tangki penampung dan kemudian dialirkan ke rumah-rumah dan gedung
pemerintah untuk keperluan pemanas dan air panas. Biaya yang diperlukan untuk
pemanasan langsung ini sebesar 60% dari biaya bila menggunakan pemanas
berenergi minyak bumi dan sekitar 75% dari harga metode pemanas listrik yang
termurah. Uap dari energi geotermal juga dimanfaatkan untuk pembangkit tenaga
listrik. Hanya saja masalah korosi muncul karena airnya mengandung asam dan
sejumlah garam terlarut karenanya muncul biaya tinggi pada perawatan sistem
pemipaan.
8.5 Erosi air tanah
Air tanahjuga bisa menyebabkan erosi yang
biasanya terkait dengan proses pelarutan terutama pada batugamping. Material
terlarut akan dibawa dan akan diendapkan pada tempat lain, misalkan pada rongga
pori batuan.
Erosi air tanah dimulai sejak perkolasi air tanah melalui rekahan, sesar dan
bidang perlapisan batuan dan melarutkan batuan yang mudah larut. Rekahan yang
membesar akan membentuk jarian gua-gua bawah tanah yang dapat mencapai beberapa
kilometer. Bila gua-guan semakin besar maka suatu ketika akan terjadi
keruntuhan atap (roof collapse) dan
terbentuklah depresi yang mirip kawah yang disebut sebagai sinkhole. Aktivitas pelarutan yang berjalan terus akan membesarkan sinkhole dan menjadi lembah pelarutan
yang pada akhirnya akan mengerosi seluruh batuan yang mudah larut (Gambar 8.8.).
Topografi karst adalah bentangalam yang khas hasil
dari erosi air tanah. Sistem pengalirannya unik karena di beberapa tempat
ditemukan sungai, namun kemudian hilang dan masuk kedalam sinkholes menjadi disappearing
stream. Air mengalir melalui jaringan gua-guan membentuk sungai bawah tanah
(underground stream). Mata air
seringkali dijumpai karena munculnya air tanah ke permukaan.
8.6 Pengendapan air tanah
Air tanah melarutkan material yang mudah
larut kemudian mengendapkannya kembali pada rongga pori dan gua-gua didalam batuan. Proses
pelarutan terjadi di zona jenuh, sedangkan pengendapan terjadi di zona aerasi
setelah gua-gua dan rongga pori
menjadi kering. Endapan yang terbentuk di gua secara kolektif disebut sebagai dripstone. Proses pembentukannya adalah
air yang masuk ke gua (biasanya melalui rekahan di atap gua) akan
perlahan-lahan menetes mengendapkan calcium
carbonate kemudian membentuk bentuk yang silindris dan mengkerucut dari
atap gua. Bentukan demikian dinamakan sebagai stalactite. Sedangkan yang terbentuk dari dasar gua disebut stalagmite (gambar 8.9.)
Precipitasi mineral
karena peran air tanah berjalan lambat. Dalam beberapa kasus diketahui bahwa
air tanah melakukan pemindahan atom atau molekul material organik dan secara
bersamaan menggantikannya dengan ion mineral lain yang dibawanya. Contohnya
adalah proses kayu yang membatu (petrified
wood). Endapan ini yang terkenal adalah di Petrified Forest National Park
di Arizona timur. Disini terdapat akumulasi yang sangat besar dari batang kayu
terbatukan yang telah tertimbun oleh endapan sungai purba. Proses pelapukan dan
erosi telah menyingkapkannya ke permukaan.
8.7 Alterasi sistem
air tanah
Air tanah dapat meningkatkan konsentrasi padatan
terlarut didalam air permukaan. Konsentrasi kimia dan sampah buangan berpotensi
mengkontaminasi reservoir air tanah. Material yang telah mengalami leached (pelarutan karena perkolasi air
tanah) dari tempat pembuangan sampah (waste-disposal
site) akan mengandung kontaminan kimia dan kontaminan biologi. Karakter dan
besarnya polutan (leachates) bergantung
pada lamanya waktu infiltrasi air yang kontak dengan endapan sampah tersebut.
Pada daerah yang lembab maka air tanah biasanya dangkal dan bila terus-menerus
kontak dengan sampah, maka sangat berpotensi terjadi polusi (gambar 8.10.).
Pada daerah
kepulauan atau daerah semenanjung dengan batuan porous yang bersinggungan
dengan laut maka air tanah akan mengapung diatas air asin dibawahnya membentuk
lensa air tanah (lens-shaped body of
groundwater). Air tanah secara faktual mengambang diatas air asin dalam
kondisi yang setimbang. Namun, pemompaan yang berlebihan akan membentuk depresi
yang besar pada permukaan air tanah dan akan membentuk kerucut besar pada air asin
(gambar 8.11.).
Amblesan (subsidence) seringkali berkaitan dengan
air tanah seperti perkembangan sinkholes
di daerah topografi karst. Problem keruntuhan (collapse) berpotensi sukar
untuk ditangani. Karena itu pembangunan konstuksi perlu melakukan uji pemboran
agar mengetahui kondisi bawah permukaan misal keterdapatan gua-gua bawah tanah.
Langkah yang dapat dilakukan bila mendapatkan gua-gua bawah tanah adalah dengan
memompakan beton basah (wet concrete)
kedalamnya, namum penanganan seperti ini sangat mahal.
Problem lain adalah
seperti yang terjadi di Wyoming ketika suatu
dam yang dibangun pada formasi batugamping Madison untuk tujuan irigasi. Ternyata
batugampingnya porous dan permeabel sehingga sumua air yang tersimpat akhirnya
masuk dan menghilang kebawah permukaan. Reservoir tidak pernah terisi air dan
proyek gagal total (gambar 8.12.).
Di New Orleans,
sebagian terbesar kota
ini mengalami penurunan 4 meter dibawah permukaan laut. Penurunan secara luas
diakibatkan oleh pemompaan air tanah. Akibatnya sungai Mississippi
mengalir 5 meter diatas kota dan bila hujan tiba
maka airnya dipompa kelua kota
sehingga mamakan biaya yang sangat besar.
Penurunan yang
terjadi di Kota Mexico adalah bangunan dibangun
diatas daerah yang dahulunya batuan danau (lake-bed).
Formasi bawah permukaan terdiri dari lempung jenuh air, pasir dan debu
volkanik. Sedimen menjadi memadat ketika air tanah dipompa untuk keperluan
domestik dan industri. Penurunan secara luas terjadi. Gedung opera mengalami
amblesan lebih dari 3 meter setengah dari lantai pertama gedung berada dibawah
permukaan tanah. Struktur besar lainnya juga mengalami pemiringan (lihat gambar
8.13.).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar