Abrasi kawasan pantai barat Sumatera tepatnya di Provinsi Bengkulu semakin mengkhawatirkan. Sedikitnya dua meter bibir pantai amblas akibat keganasan ombak pantai barat yang saat ini mencapai ketinggian 2 - 4 meter. Dari hasil pantauan WALHI di Desa Serangai Kec. Batik Nau, Kab. Bengkulu Utara, terdapat sedikitnya dua puluh kepala keluarga (KK) yang harus pindah dari pantai sebab air laut sudah mencapai ke pemukiman.
Abrasi pantai juga mengakibatkan sejumlah tanaman sawit penduduk mati akibat terjangan gelombang. “Lebih dari dua meter daratan terkikis ombak, karena rumah warga yang dulu ada di tepi pantai, sudah pindah ke dalam Trans Serangai yang berlokasi sekitar tiga kilometer dari sini,” kata Supardi yang juga warga Desa Serangai.
Menurut Supardi, abrasi ini terjadi pasca gempa berskala 7,9 SR yang melanda Bengkulu September 2007 silam. Saat itu kira-kira tigapuluh menit pasca gempa, terjadi tsunami kecil hingga mencapai satu kilometer ke daratan dan menyapu puing-puing rumah masyarakat yang sudah roboh akibat gempa.
Selain Supardi ada pula Sufia (50) yang masih bertahan di rumahnya yang berada ditepi pantai. Sufia mengaku was-was dengan kondisi tersebut namun karena tidak memiliki tempat alternatif untuk membangun rumah barunya. Sufia mengaku terpaksa menempati rumah tersebut meski setiap malam tidak bisa tidur dengan tenang.
Di Desa Serangai yang berbatasan dengan Desa Urai sekitar tujuh puluh lima persen warganya berprofesi sebagai nelayan. Mereka mengatakan sejak gempa bumi 2007 lalu, hasil tangkapan para nelayan menurun drastis.
“Mungkin posisi dan kondisi di laut belum stabil sehingga ombak lebih sering tinggi, biasanya dalam sebulan ombak bisa normal tapi sekarang posisi normal hanya 2 sampai 3 hari kemudian kembali tinggi dalam waktu yang lama,” katanya.
Naiknya air laut juga menambah jumlah titik rawan abrasi jalan lintas Sumatera yang menghubungkan Bengkulu – Padang, Sumatera Barat. Di Mukomuko abrasi pantai mengakibatkan sekitar empat kilometer badan jalan terancam amblas. Meski saat ini sudah dilakukan pembangunan pengaman pantai yang dikerjakan PT Waskita Karya dari dana APBN namun abrasi masih terus mengancam sepanjang Pantai Barat.
Walhi Bengkulu mencatat sepanjang 525 km pantai barat kawasan Bengkulu kondisinya terancam abrasi. Ancaman ini didukung dengan aktivitas penambangan pasir di bibir pantai yang mengakibatkan abrasi semakin meluas. Kondisi tersebut ini membuat rawan perusakan hutan mangrove yang berfungsi sebagai lahan konservasi. “Hampir seluruhnya aktivitas penambangan ini dilakukan secara illegal dan ditambah dengan penebangan pohon dan pembukaan perkebunan di pinggir pantai” kata Deputy Direktur Walhi Bengkulu Supintry Yohar(rni)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar