KRONOLOGIS LETUSAN GUNUNG MERAPI
MAKALAH PRAKTIKUM GEOLOGI DASAR
Disusun untuk syarat mengikuti ujian praktikum Geologi Dasar
pada Jurusan Teknik Pertambangan
Oleh
KGS M Rachmadi Eka Putra (03091402027)
M. Ali Syamsulrijal (03091402029)
Andrawina (03091402031)
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
2008
KRONOLOGIS LETUSAN GUNUNG MERAPI
BAB I
PENDAHULUAN
I. 1 Latar Belakang
Letusan gunung api merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah erupsi. Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahan-rekahan mendekati permukaan bumi.
Setiap gunung api memiliki karakteristik tersendiri jika ditinjau dari jenis muntahan atau produk yang dihasilkannya. Hampir semua letusan Gunung Merapi, terutama sejak diamati mulai tahun 80-an, selalu diawali dengan gejala yang jelas. Secara umum peningkatan kegiatan lazimnya diawali dengan terekamnya gempa bumi vulkanik-dalam (tipe A) disusul kemudian munculnya gempa bumi vulkanik-dangkal (tipe B) sebagai realisasi migrasinya fluida kea rah permukaan. Ketika kubah mulai terbentuk, gempa fase banyak (MP) mulai terekam diikuti dengan makin besarnya jumlah gempa guguran akibat
meningkatnya guguran lava. Dalam kondisi demikian, tubuh Merapi mulai terdesak dan mengembang yang dimonitor dengan pengamatan deformasi.
I. 2 Maksud dan Tujuan Penulisan
Adapun yang menjadi maksud dan tujuan penulis dalam penyusunan makalah ini antara lain :
1. Memberikan informasi tentang bahaya letusan gunung api.
2. Mempelajari dan memahami tahapan terjadinya letusan gunung api pada Gunung Merapi.
3. Mempelajari tipe erupsi gunung api.
I. 3 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain :
1. Mengetahui beberapa jenis dan cirri-ciri gunung api.
2. Mengetahui karakteristik dan gejala letusan gunung api khususnya Gunung Merapi.
3. Mengetahui tindakan yang harus dilakukan ketika terjadi dan setelah terjadi letusan gunung api.
I. 4 Batasan Masalah
Ruang lingkup pembatasan masalah dalam makalah ini dibatasi mengenai beberapa tipe erupsi gunung api, kronologis meletusnya Gunung Merapi, dan bahaya letusan gunung api.
I. 5 Metode Penulisan
Penulisan ini menggunakan metode pengumpulan data secara kualitatif menggunakan data-data yang diperoleh dari buku, tulisan-tulisan dan kepustakaan lain yang berhubungan dengan masalah yang disampaikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II. 1 Pengertian Gunung Api dan Letusan Gunung Api
Gunung api adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairanmagma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Matrial yang dierupsikan kepermukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung. Sedangkan Letusan gunung api adalah merupakan bagian dari aktivitas vulkanik yang dikenal dengan istilah "erupsi". Hampir semua kegiatan gunung api berkaitan dengan zona kegempaan aktif sebab berhubungan dengan batas lempeng. Pada batas lempeng inilah terjadi perubahan tekanan dan suhu yang sangat tinggi sehingga mampu melelehkan material sekitarnya yang merupakan cairan pijar (magma). Magma akan mengintrusi batuan atau tanah di sekitarnya melalui rekahanrekahan mendekati permukaan bumi.
II. 2 Struktur Gunung Api
Struktur gunung api terdiri dari :
1. Magma
2. Magma adalah cairan silikat pijar bersuhu antara 900º sampai dengan 1400º yang terdapat di dalam bumi di bawah tubuh gunung api. Kawah Utama
Lubang erupsi berdiameter kurang dari atau sama dengan 2 km yang terletak di bagian puncak gunung api sebagai hasil erupsi pusat.
3. Pipa Kawah
Suatu lubang/rekahan yang merupakan bidang lemah pada kerak bumi, tempat magma menerobos ke permukaan bumi ( terjadinya erupsi gunung api ).
4. Kawah Samping
Lubang erupsi berdiameter kurang atau sama dengan 2 km yang terletak di bagian lereng tubuh gunung api sebagai hasil erupsi samping.
5. Kerucut Parasit
Kerucut yan terbentuk dari akumulasi material hasil erupsi di luar kawah utama, yang terletak di bagian tubuh gunung api denan ukuran lebih kecil dari kerucut gunung api utamanya.
6. Leleran Larva
Larva yang mengalir dari lubang kawah, sebaai akibat magma yang keluar ke permukaan bumi secara efusi.
II. 3 Materi Erupsi Vulkan
Secara umum dapat dikatakana bahwa materi yang di keluarkan dalam erupsi vulkan adalah materi yang di keluar kan suatu letusan gunung api yang berupa gas, cair maupun padat.
1. Gas
Materi erupsi vulkan yang berupa gas umumnya 75%-90% berupa uap air. Gas-gas lainnya antara lain Nitrogen, Oksigen, Hidrigen, Karbon Monoksida dan gas lainnya.
2. Cair
Materi erupsi gunung api yang berupa benda cair pada umumnya keluarnya mengalir/meleleh dan disebut lava. Lava yang bersifat basa kekentalannya rendah, erupsinya lemah. Lava yang bersifat kental dan biasanya menjadi sumbat pipa gunung api.
3. Padatan
Materi erupsi gunung api yang berupa bahan padatan umumnya disebut dengan tepra atau piroklastik. Bahan padat tersebut terbagi menurut ukurannya menjadi : abu vulkanis, pasir, lapilli, dan bom. Apabila endapan abu vulkanis cukup tebal kemudian mengeras akan membentuk batuan berlapis-lapis yang disebut tufa. Kelihatannya seperti batuan sediment namun dapat dibedakan dari komposisinya.
BAB III
PEMBAHASAN
III. 1 Pengenalan Gunung Api
Gunung atau sering disebut gunung berapi adalah bukit atau gunung yang mempunyai lubang kepundan sebagai tempat keluarnya magma dan atau gas ke permukaan bumi.
Gunungapi terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Pengetahuan tentang gunungapiberawal dari perilaku manusia dan manusia purba yang mempunyai hubungan dekat dengan gunungapi. Hal tersebut diketahui dari penemuan fosil manusia di dalam endapan vulkanik dansebagian besar penemuan fosil itu ditemukan di Afrika dan Indonesia berupa tulang belulangmanusia yang terkubur oleh endapan vulkanik. Sebagai contoh banyak ditemukan kerangka manusia di kota Pompeii dan Herculanum yangterkubur oleh endapan letusan G. Vesuvius pada 79 Masehi. Fosil yang terawetkan baik padaabu vulkanik berupa tapak kaki manusia Australopithecus berumur 3,7 juta tahun di daerahLaetoli, Afrika Timur. Penanggalan fosil dari kerangka manusia tertua, Homo babilisberdasarkan potassium-argon (K-Ar) didapat umur 1,75 juta tahun di daerah Olduvai.
Gunungapi terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk akibat pemekarankerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua;busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera; dan busur dasar samuderayang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.
GAMBAR 3.1
PENAMPANG YANG MEMPERLIHATKAN BATAS LEMPENG UTAMA DENGAN PEMBENTUKAN BUSUR GUNUNG API ( MODIFIKASI DARI KRAFF, 1989)
Pembentukan gunung api terjadi karena pergerakan antar lempeng tersebut yang menimbulkan empat busur gunung api yang berbeda yaitu :
1. Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga memberikankesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk busur gunungapitengah samudera.
2. Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua. Akibatgesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan ini bergerak kepermukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunungapi di tepi benua.
3. Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan lelehan batuanatau magma sehingga membentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lavasepanjang rekahan.
4. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan bagimagma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir lava yangmembentuk deretan gunungapi perisai.
GAMBAR 3.2
PENAMPANG DIAGRAM YANG MEMPERLIHATKAN BAGAIMANA GUNUNG API TERBENTUK DI PERMUKAAN MELALUI KERAK BENUA DAN KERAK SAMUDRA (MODIFIKASI DARI SIGURDSSON, 2000)
GAMBAR 3.3
DI INDONESIA (JAWA DAN SUMATRA) PEMBENTUKAN GUNUNG API TERJADI AKIBAT TUMBUKAN KERAK SAMUDERA HINDIA DENGAN KERAK BENUA ASIA. (MODIFIKASI DARI KATILI, 1974)
III. 2 Bentuk Vulkan
Bentuk vulkan mempunyai arti khusus dalam hubungannya dengan sifat batuan yang dihasilkan. Secara garis besar bentuk vulkan dibedakan menjadi tiga macam, yaitu bentuk perisai, bentuk kerucut, dan bentuk maar.
1. Gunung Api Perisai
Salah satu bentuk gunung api adalah perisai ( Sheild Voicanoes ) atau aspit. Gunung api ini terbentuk oleh aliran magma cair encer sehingga pada waktu magma keluar dari lubang kepundan, meleleh ke semua arah dalam jumlah besar dari satu kawah besar/kawah pusat dan menutupi daerah yang luas yang relative tipis sehingga bentuk gunung yang terbentuk mempunyai alas yang sangat luas dibandingkan dengan tingginya.
Sifat magmanya basa dengan kentalan rendah dan kurang mengandung gas. Karena itulah erupsinya lemah, keluarnya ke permukaan bumi secara meleleh. Akibatnya lereng vulkan ini landai ( 2 – 10 º ) tidak terlalu tinggi disbanding diameternya dan permukaan lereng halus. Contohnya adalah vulkan-vulkan di Hawaii misalnya Mauna Loa, Kilauea.
2. Gunung Api Kerucut
Bentuk lain dari gunung api adalah kerucut ( Cone Volcanoes ). Vulkan ini dibangun oleh materi erupsi yang kebanyakan berupa piroklastik. Magmanya bersifat asam, lebih kental dan banyak mengandung gas sehingga erupsinya eksplosif/meledak. Materi-materi piroklastik itu akan diendapkan sedikit demi sedikit sampai terbentuk suatu kerucut vulkan.
3. Gunung Api Maar
Bentuk gunung api yan tergolong Maar ( Maar Volcanoes ), vulkan ini terbentuk karena terjadi letusan eksplosif sebuah dapur magma yang relatif kecil dan dangkal sehingga dengan sekali erupsi saja aktivitasnya akan habis. Bentuk gunung ini biasanya melingkar, disamping itu erupsi berupa gas sehingga di sekitar lubang kepundan habis terkikis oleh gas dan biasanya meninggalkan lubang besar seperti kubangan.
Erupsinya lemah dan sangat berbahaya karena gas-gas beracun yang dikeluarkan. Biasanya pada pertama kalinya terjadi ledakan dahsyat dan menghempaskan sebagain besar tubuh gunung, selanjutnya aktivitas gas lebih dominant. Contohnya dijumpai di Gunung Lamongan.
III. 3 Erupsi Gunung Api
Erupsi gunung api atau sering disebut dengan letusan merupakan fenomena alam yang kadang-kadang mencemasakan. Karena perbedaan derajat kekentalan magmaya, tekanan gas magmatik dan kedalaman dapur magma, maka tipe letusan antara satu gunung api dengan yang lainnya saling berbeda. Biasanya setelah vulkan meletus akan meninggalkan lubang berbentuk mangkok dan tempat (bekas) magma keluar yang disebut kawah/ kepundan (Crater). Ukurannya bermacam-macam dari beberapa meter sampai 2 km dan dapat meletus karena tepinya mengalami longsor atau lava di bawah kawah mencairkan batuan sekitarnya.
Berdasarkan bentuk dan lokasi kepundan/vent tempat keluarnya magma, erupsi dapat dibedakan sebagai berikut :
1. Erupsi Celah
Erupsi celah adalah erupsi yang tidak melalui lubang kepundan gunung api melainkan meleleh keluar lewar retakan-retakan kerak bumi. Beberapa contoh gunung api yang tergolong dalam erupsi celah antara lain :
a) Plateau Dekkan di India, tertutup lava dengan ketebalan rata-rata 667 meter, paling tebal 3.000 meter, meliputi daerah seluas 5 x 105 km2.
b) Plateau Columbia, AS daerah seluas 130.000 km2 tertutup lava basalt dengan ketebalan lebih dari 100 meter. Jaraknya dari lubang kepundan lebih dari 60 km. Hampir 2,6 x 106 km2 permukaan daratan tertutup dengan lava yang keluar dari suatu erupsi celah.
2. Erupsi Vent
Erupsi vent sering disebut Central Vent Eruption (Pipa Eruption, Summit Eruption), yaitu erupsi yang melalui pipa kepundan gunung api. Biasanya jangka waktu erupsinya pendek, tidak seperti pada fissure eruption dimana erupsi berlangsung sangat lama.
Selain itu ada lima 5 tipe erupsi lainnya yang diselidiki oleh pakar Vulkanologi, yaitu :
a) Tipe Islandia. Erupsi ini sangat lemah, magma keluar ke permukaan bumi lewat saluran secara mengalir kemudian tersebar di permukaan bumi. Dari waktu ke waktu salurannya bergeser membentuk lapisan-lapisan lava yang telah membeku.
b) Tipe Hawaii. Erupsi ini juga lemah, meleleh keluar karena magmanya cair dan tekanan gasnya rendah. Biasanya dapur magmanya dangkal. Cotohnya : Mauna Loa, Kilauea, Mauna Kea, dll.
c) Tipe Stromboli. Erupsi ini tidak terlalu eksplosif tapi bisa berlangsung lama. Magmanya cair, tekanan gasnya sedang dengan dapur magma yang agak dalam. Selain mengeluarkan lava, juga bahan-bahan piroklastik membentuk Composite Cone. Contohnya adalaah Gunung Stromboli di sebelah utara Sisilia.
d) Tipe Vulkano. Erupsinya eksplosif dengan magma yang agak cair, tekanan gas sedang dan dapur magma agak dalam. Ditandai dengan terjadi awan abu dan materi-materi proklatos lainnya dengan sedikit lava ikut keluar.
e) Tipe Pelee. Erupsinya sangat eksplosif karena magmanya sangat kental, tekanan gasnya tinggi dan dapur magma dalam. Cirri khasnya adalah awan pijar/nuee ardene. Termasuk dalam tipe ini adalah Krakatau yang letusannya pada tahun 1883 menghasilkan gelombang laut setinggi 30 meter, memuntahkan abu panas setinggi 80 km sehingga dalam tiga hari keadaan menjadi gelap.
III. 4 Kronologis Letusan Gunung Merapi
Kawasan Gunung Merapi mempunyai kekhasan ekosistem dan sosiosistem yang bernuansa vulkano. Gunung ini merupakan gunung api aktif, bahkan teraktif di dunia karena periodisitas letusannya relatif pendek ( 3 – 7 tahun ).
Dalam kegiatannya, Merapi menunjukkan terjadinya guguran kubah lava yang terjadi setiap hari. Jumlah serta letusannya bertambah sesuai tingkat kegiatannya. Volume guguran kubah lava biasa oleh orang setempat disebut “wedhus gembel” atau glowing cloud/nueeardente atau awan panas. Geofisik Gunung Merapi memiliki tipe khas stratolandesit dan mempunyai bentuk lereng yang konkaf, Merapi juga merupakan pertemuan persilangan dua buah sesar tranversal yang membentengi wilayah tengah Propinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta dan juga sesar longitudinal yang melewati Pulau Jawa.
Sejak awal sejarah letusan Gunung Merapi sudah tercatat bahwa tipe letusannya adalah pertumbuhan kubah lava kemudian gugur dan menghasilkan awan panas yang dikenal dengan Tipe Merapi ( Merapi Type ). Kejadiannya adalah kubah lava yang tumbuh di puncak dalam suatu waktu karena posisinya tidak stabil atau terdesak oleh magma dari dalam dan runtuh yang diikuti oleh guguran lava pijar. Dalam volume besar akan berubah menjadi awan panas guguran ( Rock Avalance ), atau penduduk sekitar Merapi mengenalnya dengan sebutan wedhus gembel, berupa campuran material berukuran debu hingga blok bersuhu tinggi ( 100 jam/jam ) ke dalam lembah. Puncak letusan umumnya berupa penghancuran kubah yang didahului dengan letusan eksplosif disertai awan panas guguran akibat hancurnya kubah. Secara bertahap akan terbentuk kubah lava yang baru.
Hartman (1935) membuat simpulan tentang siklus letusan Gunung Merapi dalam 4 kronologis, yaitu :
1. Kronologis 1
Diawali dengan satu letusan kecil sebagai ektrusi lava. Fase utama berupa pembentukan kubah lava hingga mencapai volume besar kemudian berhenti. Siklus ini berakhir dengan proses guguran lava pijar yang berasal dari kubah yang terkadang disertai dengan awan panas kecil yang berlangsung hingga bulanan.
2. Kronologis 2
Kubah lava sudah terbentuk sebelumnya di puncak. Fase utama berupa letusan bertipe vulkanian dan menghacurkan kubah yang ada dan menghasilkan awan panas. Kronologi 2 ini berakhir dengan tumbuhnya kubah yang baru.Kubah yang baru tersebut menerobos tempat lain di puncak atau di sekitar puncak atau tumbuh pada bekas kubah yang dilonsorkan sebelumnya.
3. Kronologis 3
Mirip dengan kronologis 2,yang membedakan adalah tidak terdapat kubah di puncak,tetapi kawah tersumbat.Akibatnya fase utama terjadi denan letusan vulkanian disertai dengan awan panas besar ( tipe St. Vincent ) sebagai fase akhir akan terbentuk kubah yang baru.
4. Kronologis 4
Diawali dengan letusan kecil dan berlanjut dengan terbentuknya sumbat larva sebagai fase utama yang diikuti dengan letusan vertical yang besar disertai awan panas dan asap letusan yang tinggi yang merupakan fase terakhir.
Pada kenyataannya,terutama sejak dilakukan pemantauan yang teliti yang dimulai pada tahun 1984,batasan setiap kronologi tersebut tidak jelas bahkan bisa jadi dalam satu siklus letusan berlangsung 2 kronologi secara bersamaan,seperti pada letusan 1984.
Seiring dengan perkembangan teknologi, sejak 1984 ketika sinyal data dapat dikirim melalui pemancar radio system tersebut mulai digunakan dalam mengamati aktivitas gunung api di Indonesia, termasuk diGunung Merapi. Dan sejak saat itu gejala awal letusan lebih akurat karena semua sensor dapat ditempatkan sedekat mungkin dengan pusat kegiatan terantung kekuatan pemancar yang digunakan, secara normal dapat menjangkau hinggga jarak antara 25 - 40 km.
Hampir setiap letusan Gunung Merapi terutama sejak diamati dengan seksama yang di mulai tahun 80-an, selalu di awali dengan gejala yang jelas. Secara umum peningkatan kegiatan lazimnya di awali dengan terekam nya gempa bumi vulkanik dalam (tipe A) disusul kemudan munculnya gempa vulkanik dangkal (tipe B) sebagai realisasi migrasinya fluida ke arah permukaan. Ketika fluida mulai terbentuk gempa fase banyak (MP) mulai terekam diikuti denan makin besarnya jumlah gempa guguran akibat meningkatnya guguran lava. Dalam kondisi demikian, tubuh Merapi mulai terdesak dan mengembang yang memonitor dengan pengamatan deformasi.
Sebagai contoh kasus, berikut ini ditampilkan secara lengkap hasil rekaman seismograf dan tiltmeter yang memonitor kegiatann vulkanik Gunung Merapi pada tahun 2000-2001.
III. 5 Bahaya Letusan Gunung Api
Bahaya gunung api adalah bahaya yang ditimbulkan oleh letusan/kegiatan yang menyemburkan benda padat, cair dan gas serta campuran diantaranya yang mengancam dan cenderung merusak serta menimbulkan korban jiwa dan kerugian harta dalam tatanan kehidupan manusia.
Bahaya letusan gunung api dibagi menjadi dua berdasarkan waktu kejadiannya, yaitu :
1. Bahaya Utama ( Primer )
a) Awan Panas, merupakan campuran material letusan antara gas dan bebatuan (segala ukuran) terdorong ke bawah akibat densitas yang tinggi dan merupakan adonan yang jenuh menggulung secara turbulensi bagaikan gunung awan yang menyusuri lereng. Selain suhunya sangat tinggi, antara 300 - 700º Celcius, kecepatan lumpurnyapun sangat tinggi,> 70 km/jam (tergantung kemiringan lereng).
b) Lontaran Material (pijar),terjadi ketika letusan (magmatik) berlangsung. Jauh lontarannya sangat tergantung dari besarnya energi letusan, bisa mencapai ratusan meter jauhnya. Selain suhunya tinggi (>200ºC), ukuran materialnya pun besar dengan diameter > 10 cm sehingga mampu membakar sekaligus melukai, bahkan mematikan mahluk hidup.Lazim juga disebut sebagai "bom vulkanik".
c) Hujan Abu lebat, terjadi ketika letusan gunung api sedang berlangsung. Material yang berukuran halus (abu dan pasir halus) yang diterbangkan angin dan jatuh sebagai hujan abu dan arahnya tergantung dari arah angin. Karena ukurannya yang halus, material ini akan sangat berbahaya bagi pernafasan, mata, pencemaran air tanah, pengrusakan tumbuhtumbuhan dan mengandung unsur-unsur kimia yang bersifat asam sehingga mampu mengakibatkan korosi terhadap seng dan mesin pesawat.
d) Lava, merupakan magma yang mencapai permukaan, sifatnya liquid (cairan kental dan bersuhu tinggi, antara 700 - 1200ºC. Karena cair, maka lava umumnya mengalir mengikuti lereng dan membakar apa saja yang dilaluinya. Bila lava sudah dingin, maka wujudnya menjadi batu (batuan beku) dan daerah yang dilaluinya akan menjadi ladang batu.
e) Gas Racun, muncul tidak selalu didahului oleh letusan gunung api sebab gas ini dapat keluar melalui rongga-rongga ataupun rekahan-rekahan yang terdapat di daerah gunung api. Gas utama yang biasanya muncul adalah CO2, H2S, HCl, SO2, dan CO. Yang kerap menyebabkan kematian adalah gas CO2. Beberapa gunung yang memiliki karakteristik letusan gas beracun adalah Gunung Api Tangkuban Perahu, Gunung Api Dieng, Gunung Ciremai, dan Gunung Api Papandayan.
f) Tsunami, umumnya dapat terjadi pada gunung api pulau, dimana saat letusan terjadi material-material akan memberikan energi yang besar untuk mendorong air laut ke arah pantai sehingga terjadi gelombang tsunami. Makin besar volume material letusan makin besar gelombang yang terangkat ke darat. Sebagai contoh kasus adalah letusan Gunung Krakatau tahun 1883.
2. Bahaya Ikutan ( Sekunder )
Bahaya ikutan letusan gunung api adalah bahaya yang terjadi setelah proses peletusan berlangsung. Bila suatu gunung api meletus akan terjadi penumpukan material dalam berbagai ukuran di puncak dan lereng bagian atas. Pada saat musim hujan tiba, sebagian material tersebut akan terbawa oleh air hujan dan tercipta adonan lumpur turun ke lembah sebagai banjir bebatuan, banjir tersebut disebut lahar.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
IV. 1 Kesimpulan
Dari makalah yang dibuat ini, dapat kita ambil kesimpulan bahwa :
1. Gunung api atau sering disebut gunung berapi adalah bukit atau gunung yang mempunyai lubang kepundan sebagai tempat keluarnya magma dan atau gas ke permukaan bumi.
2. Gunung api terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk akibat pemekaran kerak benua, busur tepi benua, terbentuk akibat penumjaman kerak samudera dan busur dasar samudera yang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.
3. Letusan gunung api merupakan bagian aktivitas vulkanis yang dikenal dengan istilah erupsi.
4. Tipe erupsi gunung api menurut pakar vulkanologi antara lain Tipe Hawaii, Tipe Strombolli, Tipe Vulkano, Tipe Pelee.
5. Erupsi yang dikeluarkan oleh letusan gunung api dapat berupa padatan, cairan, dan gas.
6. Terjadinya letusan Gunung Merapi melalui beberapa tahap yaitu dengan pertumbuhan kubah lava yang kemudian runtuh akibat desakan magma dari dalam.
IV. 2 Saran
Makalah ini selain mejelaskan tentang kronologis letusan Gunung Merapi juga menjelaskan bagaimana terbentuknya gunung api. Penulis menyarankan dengan adanya tulisan ilmiah ini kita dapat memahami keadaan alam di sekitar dan menjadikannya sebagai sumber ilmu pengetahuan. Perlu kita ketahui bahwa letusan gunung tidak hanya membawa bencana tapi juga rahmat dan manfaat bagi umat manusia sehingga kita dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian yang kita alami.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus